Daging Tumbuh: Memicu Kreativitas dengan Semangat Fotokopi
Selama satu bulan penuh, mulai dari
tanggal 6 Agustus sampai 6 September 2012, Daging Tumbuh berpameran di
ViaVia Travelers Cafe, Yogyakarta. Pameran yang diberi tema “Just
Because I Love You” ini memamerkan karya-karya berukuran kartu pos hasil
dari Postcard Revolution Project yang diadakan dari tanggal 1 sampai 5
Agustus 2012 oleh Daging Tumbuh. Dalam proyek tersebut, Daging Tumbuh
secara terbuka mengundang seniman yang ingin terlibat untuk membuat
karya seukuran kartu pos dengan jumlah maksimal 10 lembar kartu pos.
Karya-karya ini kemudian dipamerkan dan dijual dengan sistem konsinyasi.
Daging Tumbuh yang digagas oleh Eko
Nugroho pada tahun 2000 mungkin tidak asing bagi pencinta komik,
terutama komik undergound. Kompilasi komik fotokopian enam bulanan yang
diproduksi secara terbatas ini menerima karya siapa saja yang ingin
terlibat. Isi dari komik ini juga beraneka ragam. Tidak ada batasan
genre, aturan, dan cerita. Bahkan di dalamnya juga didapati puisi dan
cerita pendek. Di tiap edisi juga sering terselip bonus. Mulai dari
stiker, pin, emblem, kartu pos, mainan anak-anak, kaset soundtrack,
sampai rokok.
Apa saja mungkin terjadi di Daging
Tumbuh karena Daging Tumbuh bukanlah komik seperti umumnya. Daging
Tumbuh merupakan konsep ruang alternatif, galeri kertas, untuk
berekspresi dan berpameran. Daging Tumbuh dengan semangat dan ideologi
fotokopinya seolah menjungkirbalikkan sistem yang dianggap mapan. Mulai
dari persoalan produksi, logika pasar, sampai masalah hak cipta
dimentahkan.
Fotokopi lebih dikenal sebagai cara
untuk menggandakan, bukan untuk reproduksi seperti penerbitan. Namun
oleh Eko Nugroho, fotokopi digunakan sebagai cara reproduksi, karena
harganya yang terjangkau dan tidak ada ketentuan jumlah minimal. Ini
membuatnya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan cetak offset jika
hanya mereproduksi jumlah yang sedikit. Dalam perkembangannya, cara
memfotokopi ini akhirnya menjadi semacam basis kreativitas. Efek
fotokopi dalam komik-komik di Daging Tumbuh makin diekplorasi dan boleh
dibilang berkembang menjadi seni fotokopi.
Edisi pertama Daging Tumbuh yang
berjudul “Segar” diterbitkan hanya dalam 25 eksemplar. Kemudian secara
bertahap edisi-edisi berikutnya bertambah menjadi 50, 100, 150, dan 200
eksemplar. Walaupun tiap edisi selalu terjual habis, jumlah produksi
tidak ditambah atau digandakan ulang. Yang tidak kebagian dipersilahkan
untuk membajak dengan cara memfotokopi sendiri dan membeli sampul asli
selama persediaan masih ada. Dengan cara seperti itu jelas Daging Tumbuh
tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Hasil dari penjualan
digunakan lagi untuk memproduksi edisi berikutnya.
Di Daging Tumbuh kontributor juga tidak
dibayar. Malahan mereka yang harus membayar iuran dengan kompensasi
mendapat satu kopi. Tidak ada yang namanya royalti dan bahkan harus
merelakan karyanya untuk dibajak. Disadari atau tidak, Daging Tumbuh
telah mensosialisasikan metode copyleft sejak awal tanpa menyebutkan
atau mencantumkan simbol copyleft. Namun dengan sistem seperti itu
Daging Tumbuh bisa menarik minat banyak kontributor, termasuk
seniman-seniman seperti EddiE haRA, Agung Kurniawan, dan Mella Jaarsma.
Sebagai satu-satunya komik underground
yang masih bertahan dari era 2000-an, Daging Tumbuh adalah semangat
untuk bermain dan berkreasi dengan bebas. Walaupun tidak bisa terbit
secara rutin lagi karena kesibukan Eko Nugroho, Daging Tumbuh atau DGTMB
tetap berusaha hadir. Pelibatan seniman lain dalam pameran “Just
Because I Love You” merupakan perkembangan dari semangat Daging Tumbuh.
Memberi kesempatan untuk berkreasi di ruang alternatif lain sekaligus
kesempatan untuk mendapatkan uang adalah bentuk dukungan Daging Tumbuh
kepada kreatifitas anak muda.
Dalam pameran itu juga dipamerkan
berbagai produk merchandise dari Daging Tumbuh yang cikal bakalnya hadir
pada tahun 2004 dengan kaos yang disablon sendiri dan diedarkan secara
terbatas oleh Eko Nugroho. Kemudian pada tahun 2008 dibuka “the dgtmb
shop” untuk memberikan akses lebih luas kepada publik. Toko ini kemudian
pindah dan berganti nama menjadi Fight For Rice (FFR). Tahun lalu FFR
sempat diundang ke Lombart Freid Project di New York dan ARNDT di Berlin
untuk membuka toko di sana. Sejak awal tahun ini toko dalam bentuk
fisik ditutup dan pindah ke dunia maya dalam bentuk online store untuk
memperbesar akses kepada publik yang bukan lagi hanya publik Yogyakarta.
Just Because I Love You mungkin adalah
pernyataan jujur Eko Nugroho atas apa yang telah diberikan untuk Daging
Tumbuh, yang telah diberikan oleh Daging Tumbuh dan semua yang terlibat
dalam membesarkan serta berbagi semangat untuk kreatif dan independen.